Novel Rainbow Cake
Ada yang menarik dari novel yang berjudul Rainbow Cake karya Rayni M Massardi dan Christyan A.S.
Walaupun novel ini merupakan kolaborasi bersama, namun saya merasakan gaya tulisan sehari-hari Rayni M. Massardi yang tertuang dalam sosial medianya.
Unik , karena baru kali ini, saya melihat ada penulis yang dapat menggabungkan tulisan santai maupun serius pada sosial media, menjadi sebuah novel yang judulnya seolah menceritakan mengenai masakan, namun ternyata merupakan hal yang berbeda.
Setelah siaran pers selesai, sayapun membaca tanpa henti, karena penasaran, saat mengetahui novel ini berada di genre Psycho Thriller.
Sepertiga halaman masih menceritakan hal-hal yang manis, namun saat mendekati akhir cerita, sayapun seolah memasuki jalan pikiran sang tokoh dalam novel.
Hilda yang introvert, dan teman-temannya yang penggosip, pembully dan ekstrovert.
Penulisan percakapan teman-temannya yang seolah tanpa tanda baca, koma dan titik. Menggambarkan dengan detill dan membuat saya memahami , perasaan Hilda yang merasa seolah ruang hidupnya mendadak menjadi penuh, dan Hilda perlu memuntahkan semuanya agar dapat memegang kembali kendali hidupnya.
Namun seperti judul lagu karya Sujiwo Tedjo : "Titi Kolo Mongso" dan "Ingsun" , maka Hildapun akhirnya tiba pada ujung batas sabar dan sadarnya. Akibatnya sangat dahsyat dan mengerikan.Memuntahkan semua emosi yang telah terserap dalam diri Hilda selama bertahun-tahun, membebaskan dirinya namun membuatnya jiwanya menghilang.
Ilustrasi pada setiap bab yang dikerjakan oleh Christyan , hingga kolaborasinya dalam melengkapi teks dan tulisan, seolah memperkaya istilah hingga beberapa sudut kosong yang difahami betul oleh dirinya, dan membuat novel ini menjadi penuh berisi.
Unik , karena baru kali ini, saya melihat ada penulis yang dapat menggabungkan tulisan santai maupun serius pada sosial media, menjadi sebuah novel yang judulnya seolah menceritakan mengenai masakan, namun ternyata merupakan hal yang berbeda.
Setelah siaran pers selesai, sayapun membaca tanpa henti, karena penasaran, saat mengetahui novel ini berada di genre Psycho Thriller.
Sepertiga halaman masih menceritakan hal-hal yang manis, namun saat mendekati akhir cerita, sayapun seolah memasuki jalan pikiran sang tokoh dalam novel.
Hilda yang introvert, dan teman-temannya yang penggosip, pembully dan ekstrovert.
Penulisan percakapan teman-temannya yang seolah tanpa tanda baca, koma dan titik. Menggambarkan dengan detill dan membuat saya memahami , perasaan Hilda yang merasa seolah ruang hidupnya mendadak menjadi penuh, dan Hilda perlu memuntahkan semuanya agar dapat memegang kembali kendali hidupnya.
Namun seperti judul lagu karya Sujiwo Tedjo : "Titi Kolo Mongso" dan "Ingsun" , maka Hildapun akhirnya tiba pada ujung batas sabar dan sadarnya. Akibatnya sangat dahsyat dan mengerikan.Memuntahkan semua emosi yang telah terserap dalam diri Hilda selama bertahun-tahun, membebaskan dirinya namun membuatnya jiwanya menghilang.
Ilustrasi pada setiap bab yang dikerjakan oleh Christyan , hingga kolaborasinya dalam melengkapi teks dan tulisan, seolah memperkaya istilah hingga beberapa sudut kosong yang difahami betul oleh dirinya, dan membuat novel ini menjadi penuh berisi.
Saat grand launching yang diluncurkan di Lounge XXI Plaza Indonesia, JL. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat , yang bertajuk "Ngabuburit & Buka Buku Novel Rainbow Cake"
Menarik saat membaca komentar dari Sujiwo Tejo, ia mengatakan,
“Membaca novel Rainbow Cake karya Rayni N. Massardi dan Christyan A.S. kita seperti sedang belajar
menerjemahkan diri kita sendiri untuk hidup "di sini dan hari ini' . Terlalu banyak di antara kita yang kini pandai menerjemahkan orang-orang Prancis dan lain-lain namun jatuh bangun ketika menerjemahkan dirinya sendiri ke dalam hayatnya.”
Sementara Radhar Panca Dahana, pada kesempatan itu menyatakan,
“Genre novel Rainbow Cake ini memiliki ruang eksplorasi sangat luas, namun sedikit sekali digunakan pengarang negeri ini.”
Novel ini telah diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Umum Jakarta dan dijual seharga Rp.78.000,-
Sinopsis :
Pengalaman di-bully pada masa remaja, membuat Hilda selalu tidak nyaman dengan dirinya hingga hatinya semakin mengeras.
Melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Kota Budaya itu Hilda belajar memasak dan bikin kue.
Kegemaran barunya mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang
menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.
Hijrah ke Ubud Bali, ia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.Balik ke Jakarta dan sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue, masalalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa.
Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”.
Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka.
Menarik saat membaca komentar dari Sujiwo Tejo, ia mengatakan,
“Membaca novel Rainbow Cake karya Rayni N. Massardi dan Christyan A.S. kita seperti sedang belajar
menerjemahkan diri kita sendiri untuk hidup "di sini dan hari ini' . Terlalu banyak di antara kita yang kini pandai menerjemahkan orang-orang Prancis dan lain-lain namun jatuh bangun ketika menerjemahkan dirinya sendiri ke dalam hayatnya.”
Sementara Radhar Panca Dahana, pada kesempatan itu menyatakan,
“Genre novel Rainbow Cake ini memiliki ruang eksplorasi sangat luas, namun sedikit sekali digunakan pengarang negeri ini.”
Novel ini telah diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Umum Jakarta dan dijual seharga Rp.78.000,-
Sinopsis :
Pengalaman di-bully pada masa remaja, membuat Hilda selalu tidak nyaman dengan dirinya hingga hatinya semakin mengeras.
Melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Kota Budaya itu Hilda belajar memasak dan bikin kue.
Kegemaran barunya mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang
menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.
Hijrah ke Ubud Bali, ia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.Balik ke Jakarta dan sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue, masalalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa.
Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”.
Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka.